Daftar isi
Pendahuluan
Seni Budaya Lokal Sebagai Bagian Tradisi Islam
Pengertian Seni Budaya Lokal
Seni Budaya Lokal yang Bernuansa Islam
Tradisi Islam dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara
Mengapresiasi Seni Budaya Lokal dan Upacara Adat yang bernapaskan Islam
Pendahuluan
Puji syukur selayaknya kami haturkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas
karunianyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini yang merupakan tugas untuk
mengisi nilai kami dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam kliping ini, kami berusaha menyelesaikannya semaksimal mungkin. Namun
kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh
karenanya, dengan segala kerendahan hati, kami minta maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kesalahan. Kritik dan saran sangat kami butuhkan demi membangun
kesempurnaan tugas kami ini. Kami juga berterima kasih kepada :
Ibu Syamsani Sarapa, S.Ag, selaku guru bidang studi Agama Islam yang begitu
sabar membimbing dan menunggu hasil tugas kami.
Semoga budi baik dari semua pihak memperoleh pahala berlimpah dari Allah SWT
Yang Maha Pemurah. Akhir kata, semoga tugas kami ini dapat memberikan manfaat,
pengetahuan dan nilai terbaik bagi kelompok kami. Wassalam
Makassar, 26 maret 2011
Seni Budaya Lokal Sebagai Bagian dari Tradisi Islam
Pengertian Seni Budaya Lokal
Seni budaya adalah keindahan hasil karya manusia yang di dalamnya terkandung
muatan etika dan estetika yang berkembang secara terus-menerus. Seni budaya
lokal yang bernapaskan Islam adalah segala bentuk kesenian yang berasal dari
atau berkembang di daerah-daerah di Nusantara yang dipengaruhi oleh ajaran
Islam.
Adakah kaitan antara seni dengan Islam? Jelas ada! Perlu diketahui bahwa Islam
adalah agama yang paling sempurna. Islam tidak hanya mengatur hubungan antara
manusia dengan Penciptanya (Ilmu Fikih) tapi juga hubungan antarsesama
(muamalah) dalam Islam dipandu secara jelas dan lengkap. Jika seorang Muslim
menggunakan panduan Islam, maka seluruh aspek kehidupannya pun akan Islami.
Dengan demikian, seni Islami yang diciptakan oleh orang Muslim tersebut ada
kaitannya degan nilai-nilai Islam yang diyakininya.
Pandangan bahwa seni itu haram dalam Islam harus diluruskan.harus dibedakan
antara seni dan dampak seni. Seni adalah sesuatu yang indah. Adapun dampak seni
adalah akibat dari seni itu. Dampak seni ada yang positif dan ada yang negatif.
Misal, apabila seni baca Al-Quran malah membuat Al-Quran direndahkan, maka seni
baca Al-Quran berdampak negatif. Akan tetapi, kalau membuat semangat ibadah
bagi pendengarnya, ini dampak positif. Contoh lain, mendengarkan musik, apabila
orang yang mendengar musik indah lalu mabuk, ini dampak negatif. Akan tetapi,
kalau ia menjadi tenang dan semangat dalam bekerja ini dampak positif. Nah,
yang haram itu dampak buruknya, bukan seninya. Seni yang dampaknya dapat
merusak jiwa, raga dan akhlak menjadi haram sedangkan seni yang dapat membawa
ketenangan pikiran dan ketentraman jiwa hukumnya boleh atau mubah.
Allah SWT sangat menyukai seni, sebagaimana sabda Rasulullah : yang Artinya :
“Allah itu indah dan suka akan keindahan.” (H.R. Muslim)
Seni Budaya Lokal yang Bernapaskan Islam
Adapun seni budaya lokal yang bernuansa Islami antara lain.
Selawat Nabi Muhammad SAW (shalawatan)
Ciri khas selawat :
Penggunaan rebana secara menonjol yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai
trebang atau terbang.
Adanya selawat, yaitu syair atau doa puji-pujian dalam bahasa Arab yang
dinyanyikan.
Penataan susunan nadanya bernuansa Islam.
Salatullah salamullah ‘ala taha rasulillah Salatullah salamullah ‘ala yasin
habi billah
Tawassalna bi bismillah wa bil hadi rasulillah wakulli mujahidil lillah bi
ahlil badri ya Allah.
Music gambus atau rebana.
Di daerah Cirebon, Banten, Jakarta dan sekitarnya sering dijumpai irama gambus
dengan syair-syair Arab yang berisi pujian kepada Allah SWT dan selawat Nabi.
Ansambel gambus menggunakan kecapi petik, gambus, rebana kecil dan marwas
(marawis).
Di Banyuwangi, terdapat kesenian kuntulan. Kuntulan merupakan perpaduan antara
seni musik dan tari asli Banyuwangi sebagai pengembangan dari seni hadrah yang
telah disesuaikan dengan seni tradisional gandrung Banyuwangi. Di daerah
Lombok, terdapat rampak rebana bernada lima. Rampak rebana bernada lima ini
merupakan sekumpulan rebana bernada lima yang telah diselaraskan. Rampak ini mendapatkan
pengaruh arakan gamelan Bali, bebonangan.
Di Semarang, terdapat grup Nasida Ria, sebuah kelompok seni kasidah dengan
semua anggotanya perempuan. Lagu-lagu yang dibawakan adalah pujian kepada Allah
SWT dan selawat Nabi, didendangkan dalam syair berbahasa Arab maupun bahasa
Indonesia. Di daerah Betawi dan Jawa Tengah bagian utara sering memainkan music
gambus dan seni hadrah untuk merayakan khitanan atau pernikahan.
Di Jawa terkenal seni rebana atau seni terbangan. Grup terbangan sering dipakai
untuk mengiringi tari Rodat, arak-arakan khitanan, dan pembacaan kasidah
barzanji. Grup rebana terdiri atas empat pembawa terbang bundar dan bisa
ditambahkan dengan satu bedug. Ada juga rebana Banten yang terdiri atas enam
ketipung kecil dan satu terbang besar. Di Makassar terdapat grup-grup kasidah
rebana yang telah dimodernisasi seiring perkembangan zaman sehingga mempunyai
daya tarik tersendiri. Di Kabupaten Gowa sendiri daapt ditemukan musik gambus
pada setiap pesta perkawinan. Walaupun kini senibudaya tersebut semakin kurang
karena tergusur oleh musik elekton yang sudah merambah sampai ke pelosok desa.
Tari Zapin
Di berbagai daerah misalnya Kepulauan Riau kita dapat menyaksikan tari Zapin
yang mengiringi irama kasidah dan gambus. Tari Zapin diperagakan dengan gerak
tubuh yang indah dan lincah dengan diiringi music hadrah.para penari yang
semuanya laki-laki menari berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja dan
kopiah hitam. Bisa juga memakai teluk belanga dengan sesamping songket dan ikat
kepala lacak atau destar.
Tari Seudati
Aceh terkenal dengan Rampak rebana dan tari Seudati. Tari Seudati diambil dari
upacara sufi. Tari ini diperankan oleh penyanyi laki-laki yang menari dan
membuat bunyi tabuhan dengan alat musik tubuh mereka sendiri sewaktu mereka
menepuk tangan, dada, sisi tubuh dan menggertak-gertakkan jari.
Santriswaran
Di lingkungan Keraton Surakarta dan daerah sekitarnya berkembang seni
santriswaran. Santriswaran adalah grup musik dengan alat musik terbang,
kendang, dan kemanak. Nadanya mengikuti tangga nada gamelan slendro. Penabuh
merangkap sebagai penyanyi. Akan tetapi, sekarang terdapat penyanyi perempuan
mirip sinden. Syair-syairnya memuat ajaran Islam dan budaya Jawa yang disisipi
dengan selawat nabi. Santriswaran dikembangkan oleh seniman Kraton Surakarta,
Jawa Tengah pada masa kekuasaan Pakubuwono V (1820-1823). Santriswaran sempat
hilang pada masa Pakubuwono VI karena baginda sibuk berperang melawan Belanda.
Akan tetapi, pada masa Pakubuwono X, santriswaran muncul kembali.
Tari Menak
Di lingkungan Keraton Yogyakarta, terdapat tari Menak atau Beksa Menak. Tari
Menak diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 1941. Tari Menak mirip
tari wayang orang. Bedanya, kalau tari Wayang Orang ceritanya diambil dari
Mahabarata sedangkan tari Golek diambil dari serat Menak. Tokoh-tokoh tari
Menak di antaranya Jayengrana, Dewi Muninggar, Kelaswara, Sirtupelaili,
Adaninggar, Maktal, Lamdahur, Nuserwan dan Patih Bestak.
Wayang Golek Menak
Di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat Wayang Golek Menak. Wayang
Golek Menak adalah wayang yang terbuat dari kayu. Jadi, semacam boneka kayu
dengan pakaian khas. Ceritanya diambil dari cerita Menak, yaitu cerita
berbahasa Jawa dan Sunda yang disadur dari Parsi. Isinya berupa cerita
kepahlawanan Islam dengan tokoh utama Amir Hamzah (Sayyidina Hamzah, salah satu
paman Rasulullah yang gugur dalam perang Uhud).
Suluk
Di Jawa terdapat suluk dan serat wirid. Suluk adalah tulisan dalam bahasa Jawa
dengan huruf Jawa maupun huruf Arab yang berisi pandangan hidup orang Jawa.
Adapun Wirid adalah bacaan yang diulang-ulang. Serat wirid merupakan tulisan
pujangga Jawa yang berisi Wirid. Serat wirid diolah dari ajaran tasawuf yang
disesuaikan dengan mistik Jawa.
Batu nisan
Batu nisan adalah salah satu kebudayaan Islam dalam bidang arsitektur dan
kebudayaan inilah yang mula-mula masuk di Indonesia. Terdapat batu nisan yang
terbuat dari batu pualam putih diukir dengan tulisan Arab yang sangat indah
berisikan ayat-ayat Al-Quran dan riwayat orang yang dimakamkan lengkap dengan
hari dan tahun wafatnya.
Seni bangunan (arsitektur)
Dalam seni bangun Islam Indonesia, secara garis besar mempunyai dua corak yaitu
corak lama (asli) dan corak baru.
Corak lama
Memiliki atap tumpang, tidak ada menara karena menggunakan bedug, Masjid-Masjid
tua, termasuk yang dibangun di dekat Istana Raja Yogya dan Solo
mempunyai letak yang tetap. Disamping unsur-unsur yang berasal dari daerah,
meskipun tidak mengubah secara keseluruhan hanya menambah keindahan Masjid
saja.
Corak baru
Bentuk baru dari seni bangun Masjid di Indonesia mulai berubah setelah
Indonesia merdeka karena mulai berhubungan secara luas dengan Negara-negara
lainnya, maka bentuk lama secara berangsur-angsur tergusur dan berubah menjadi
bentuk lain yang baru, walaupun pada awalnya bentuk lama masih disertakan dan
dipadukan dengan bentuk baru terutama pada atapnya. Jumlah atap masih
tumpang dua, tetapi ditambahkan dengan kubah. Adapula yang menggantikan
atap seluruhnya menjadi kubah. Selain itu, ada juga Masjid yang terpengaruh
oleh Ottoman Style (Byzantium) seperti pada Masjid Istiqlal Jakarta yang bentuk
kubahnya setengah lingkaran ditopang oleh pilar-pilar yang tinggi dan besar.
Kemudian bentuk yang terpengaruh oleh gaya seni bangun India dengan
kuseng-kuseng meruncing seperti Masjid Al-Tien. Dan Masjid modern tetapi dipadu
dengan corak lama yaitu menggunakan atap tumpang dengan menara yang tinggi
seperti Masjid Almarkaz Al Islami Jenderal Muhammad Yusuf di Makassar.
Tradisi Islam dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara
Berikut akan dipaparkan sepintas tentang contoh-contoh upacara adat yang
bernapaskan Islam yang berkembang di beberapa wilayah di Indonesia.
Mauludan (Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW)
Pada bulan Rabiul Awal kalender Hijriyah, seluruh daerah di Nusantara diadakan
acara maulitan. Di Makassar biasa disebut maudu’ Nabi. Acara ini dilaksanakan
dengan membaca kitab barzanji di masjid maupun di musalah, di kantor, sekolah
hingga ada yang mengadakan acara mauled dirumah-rumah warga.
Grebeg Besar
Di Demak, setiap tanggal 10 Dzulhijjah diselenggarakan Grebeg Besar. Yaitu
kirap pusaka peninggalan Kerajaan Demak dari Pendapa Kabupaten Demak menuju
makam Sunan Kalijaga di Desa Kadilangu. Di samping itu,ada juga kegiatan
mencuci pusaka peninggalan Sunan Kalijaga yang tersimpan rapi di komplek makam
Sunan Kalijaga.
Selikuran
Di Keraton Surakarta dan Yogyakarta setiap tanggal 21 Ramadhan diadakan upacara
Selikuran. Selikuran berasal dari kata selikur atau dua puluh satu.
Upacara Selikuran adalah kegiatan untuk menyambut datangnya lailatul qadr,
dimana ribuan Malaikat turun ke bumi membawa rahmat.
Megengan/Dandangan
Di Semarang, setiap menjelang bulan suci Ramadhan diselenggarakan upacara
Megengan. Yaitu upacara menyambut datangnya bulan suci Ramadhan oleh Bupati dan
rakyatnya. Kegiatan utamanya adalah pemukulan bedug sebagai tanda jatuhnya
Bulan Suci Ramadhan. Upacara serupa juga dilaksanakan di Kudus, Jawa Tengah
yang disebut Dandangan.
Di Sumatera, terdapat arak-arak tabut pada bulan Muharam. Arak tabut adalah
upacara mengiring symbol Hasan dan Husein, keduanya cucu Nabi Muhammad SAW dan
anak kandung Ali sebagai kenangan atas perjuangannya melawan kezaliman. Dalam
upacara ini dilantunkan syair-syair kesedihan, perjuangan dan selawat Nabi.
Mengapresiasi Seni Budaya Lokal dan Upacara Adat yang Bernapaskan Islam
Yang dimaksud dengan mengapresiasi disini adalah bersimpati, merawat,
melestarikan, member penghargaan atas seniman dan hasil karya seni serta turut
mengembangkan seni budaya dan upacara adat tersebut.
Seni budaya lokal dan upacara adat yang bernapaskan Islam tersebut muncul dan
tumbuh sejak masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia. Sebelum Islam
datang, di Indonesia sudah mempunyai kepercayaan dan/atau agama Animisme,
Dinamisme, Hindu dan Budha. Pada zaman itu, penduduk Indonesia mengembangkan
seni dan upacara baik untuk kegiatan keagamaan maupun untuk kegiatan
kemasyarakatan. Dengan demikian, Islam masuk di Nusantara tidak hinggap di
ruang kosong.
Melihat kenyataan seperti itu, maka juru dakwah Islam membuat strategi dakwah
melalui seni dan upacara. Tujuannya agar agama Islam bisa diterima dengan
nyaman oleh penduduk Nusantara yang sudah lekat dengan seni dan upacara
berdasarkan tradisi lama tersebut.
Orang Islam yang hidup di abad 21, memberi hukum pada seni budaya lokal dan
upacara adat yang bernapaskan Islam tersebut berbeda-beda; sebagian
mengharamkan dan sebagian membolehkan. Orang yang mengharamkan mendasarkan
alasan bahwa praktik seni dan upacara tersebut termasuk bid’ah (mengada-ada
dalam agama) dan banyak unsur syiriknya. Orang yang membolehkan mendasarkan
alasan bahwa praktik seni dan upacara tersebut hanyalah kreasi duniawi yang
dikaitkan dengan upacara-upacara keagamaan Islam.
Lantas, mana yang diikuti? Orang Islam sebaiknya cerdas, adil dan bijaksana.
Ulama dan para wali yang menjadi juru dakwah Islam di Indonesia pada masa awal
adalah contohnya. Mereka mencerna Islam dengan hati, perasaan, pikiran dan amal
nyata. Oleh karena itu, mereka mempraktikkan Islam dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan rasa hati dan alam piker masyarakatnya. Dengan demikian, Islam
menjadi mudah diterima sehingga dapat terus berkembang sampai saat ini.
Dengan mencontoh para ulama dan wali perintis Islam di Indonesia ini, hendaknya
kita bersikap selektif dan bijaksana. Jangan buru-buru mengharamkan seni budaya
dan upacara adat tersebut. Kita lihat dulu mana unsur yang haram dan syirik,
dan mana yang tidak. Jika memang ada mengandung unsur haram ataupun syirik dan
menyimpang dari ajaran Islam maka harus diluruskan. Dengan demikian, seni
budaya dan upacara adat tersebut masih tetap lestari tapi jauh dari unsur
syirik, haram dan penyimpangan dari ajaran Islam.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan manusia itu banyak. Manusia tidak hanya butuh
makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan ibadah. Akan tetapi, manusia juga
butuh menikmati musik yang indah dan merdu, menikmati macam-macam keindahan,
melihat atau melakukan upacara-upacara. Jika Islam tidak bisa menciptakan
keindahan dan upacara yang bernapaskan Islam, maka manusia akan mencari seni
dan upacara lain. Jika ternyata seni dan upacara tersebut penuh dengan syirik
dan kemaksiatan, dunia rasa dan alam piker orang Islam akan dikuasai oleh seni
dan upacara yang menjerumuskan ke neraka.
Kesimpulan
Seni dan upacara adat itu mubah atau boleh. Akan tetapi, menjadi haram apabila
mengandung unsur yang tidak baik atau dalam praktiknya mengandung syirik dan
penyimpangan ajaran agama.
Orang Islam hendaknya bersikap positif, tidak perlu curiga berlebihan terhadap
seni budaya lokal dan upacara adat hasil ciptaan ulama dan para pendahulu kita
sepanjang tidak bertentangan dengan prisip-prinsip akidah dan syariah.
bagi yang mau Download makalah sejarah kebudayaan tradisi islam nusantara silahkan download disini
download- Sejarah Kebudayaan Tradisi Islam Nusantara
in
Agama Islam,
Pengetahuan
- on Senin, Januari 21, 2013